Gimana Cara Ngalahin Pesaing yang Punya Segalanya?
"...aku sedang bersaing dengan orang
sempurna yang memiliki segalanya Den! Gimana aku bisa menang, jika harus bersaing
dengan cowok kayak dia?”
--- Dio Xervan Lie ---
Hampir satu jam bunyi alunan musik itu menggema dari
dalam kamar Deni. Deni cukup gemas melihat
permainan jari Xervan di atas tuts keyboard yang masih kaku dan sering salah.
“Injak pedalnya
Van, kamu musti nginjak pedal di awal ketukan!” ujar Deni di samping Xervan.
“ Wahh Sori-sori Den? Aku terlalu fokus di teknik fingering?” sahut Xervan sambil
memijat-mijat telapak tangannya.
“ Kenapa tanganmu?
Pegal? Kalo tanganmu sampai pegal, pasti ada yang salah dengan caramu menekan
tuts keyboard”
“ Hmmm gitu yah? Kira-kira butuh berapa lama sampai aku
bisa ngiringin lagu Jazz?”
“ Sebelum bisa belajar jazz, sebaiknya kamu belajar
partitur blues dulu Van!”
“ Wah, aku kurang suka nge-blues! Aku maunya langsung praktek nge-jazz…”
“ Kamu nggak akan dapat penghayatannya? Main lagu dari
penyanyi jazz tuh nggak sama dengan main musik jazz.”
“ Aku nggak ngerti Den! Maksudnya?”
“Gini deh; lagu jazz apa yang paling kamu suka?”
“ Ehhh… ehm Apa ya? Haha lupa aku!”
“ Walahhh… Servan-servan! Ngakunya penggemar jazz, tapi disuruh
nyebutin salah satu lagu jazz aja kamu nggak bisa! Kalau gitu penyanyinya deh!
Siapa penyanyi jazz favoritmu?”
“ Aku? Tony Bennett!
Terutama lagu For Once in My Life!”
“ Meskipun kamu main lagu For Once in My Life pakai keyboard, nggak otomatis kamu sedang
mainin lagu jazz. Sejauh pengamatanku, teknik yang kamu mainkan sebenarnya masih
cenderung nge-pop.”
“Hah? Aku masih cenderung nge-pop? Aku makin nggak ngerti maksudmu Den!”
“ Hahahaha! Gimana yah caranya bikin kamu ngerti? Tapi
ngomong-ngomong sejak kamu deket sama si Renata
kok kamu jadi demen musik jazz sih?” tanya Deni dengan curiga.
“ Aku? Masa sih? Aku kan emang lagi pengin belajar jazz
aja hahaha…” ujar Xervan agak tersipu-sipu malu.
“ Udahlah, aku tahu siapa Renata! Kami sering ngobrol
bareng soal jazz! Dia juga udah cerita kok, kalau kalian mulai dekat! CD lagu-lagu
yang sering kamu putar malam-malam tuh kamu pinjam dari si Renata kan?”
“ Hah? Kedengeran sampai kamarmu ya Den? Emang si Renata
bilang juga, kalo CD lagunya kupinjam?”
“ Nggak! Aku nebak aja sih Van! Itu semua kan emang artis
favoritnya Renata!”
“ Emang kamu tahu semua siapa artisnya?”
“ Ya tahulah Van! Michael
Buble, Diana Krall, Frank Sinatra, Nathalie Cole, Nina Simone,
tapi yang paling sering kamu puter tuh emang lagu si Tony Bennett!”
“ Iya sih Den! Aku ngefans sama Tony Bennet! Tapi aku
juga lagi berusaha menikmati penyanyi-penyanyi jazz yang lain, supaya nyambung
kalau ngobrol sama Renata.” ujar Xervan agak lemas dengan kepala nunduk.
“ Hahaha…Jadi bener nih, kamu bela-belain belajar jazz
tuh gara-gara Renata kan? Hehe… tapi kenapa kamu jadi nunduk gitu?”
Xervan terdiam beberapa saat, sambil mengingat kembali kencan
terakhirnya dengan Renata.
“ Kemarin aku jalan bareng sama Renata, kebetulan waktu
itu Kharisma dan Dicky join gabung di meja kami. Kukenalkan
si Renata ke mereka berdua. Terus kami berempat ngobrol. Awalnya pembicaraan
kami sempat kaku. Tapi ketika Kharisma ngomongin musik jazz, Renata langsung
bersemangat nanggapin. Renata terus asik ngobrol sama Kharisma tentang jazz.
Dicky yang pada dasarnya nggak terlalu suka musik, jadi nggak bisa ikut
nimbrung. Aku juga jadi kayak diacuhkan sama si Renata.”
“Jadi ceritanya kamu tuh cemburu karena Kharisma dan
Renata terlihat akrab?!”
“ Dengar dulu Den… aku tuh…”
“ Kamu kan tahu Van, Kharisma emang dari sononya suka
lagu jazz? Wajar donk kalo dia akrab sama Renata.” Potong Deni.
“ Yahhh mungkin aku memang cemburu Den! Kharisma kan
ganteng, kaya, pintar. Waktu ngobrolin tentang jazz, Renata kayak langsung
lengket sama Kharisma! Aku udah nggak dianggap lagi. Padahal seharusnya itu kan
kencanku berdua dengan Renata.”
“ Trus sekarang kamu mati-matian belajar jazz supaya
nggak kalah saing sama si Kharisma? Gitu??”
Xervan tidak menjawab pertanyaan Deni.
“ Kharisma tuh kan temenmu Van! Lagi pula kan dia udah
jadian sama Lestari? Kenapa kamu
mesti cemburu?”
Xervan masih tidak menjawab.
“ Kalau kamu memang suka sama Renata, sebaiknya kamu
tampil apa adanya aja! Kamu masih bisa tetep jalan sama dia, walaupun kamu
nggak bisa main keyboard kan?”
Xervan menghela nafas agak panjang sebelum akhirnya
menjawab.
“ Aku bukan cuma cemburu sama Renata! Aku iri dengan
keberadaan Kharisma. Asal kamu tahu aja, di depan mataku, Kharisma ngajakin kami
berdua nonton konser Jazz bareng. Renata langsung setuju, padahal harga
tiketnya aja bagiku selangit! Lalu Kharisma juga ngajak main band bareng, ajakan
kedua inilah yang aku nggak bisa. Aku kan nggak bisa main musik Den? Tapi keliatannya
Renata happy banget diajak ngeband
sama Kharisma.” Ujar Xervan.
“ Lha, kamu kan tetap bisa ikut nimbrung sama mereka, pas
latihan atau nonton konser bareng?”
“ Itu masalahnya Den! Di libur akhir tahun sekitar
Desember nanti, Kharisma sekeluarga akan liburan di Amerika. Charisma akan nonton konsernya Michael Buble dan mungkin juga akan nonton konsernya Tony Bennett. Pas denger gitu, Renata
langsung melonjak kegirangan, karena Desember besok kebetulan dia juga akan liburan
ke Amerika. Kharisma berjanji ngusahain tiket untuk Renata jika mereka bisa
ketemu di sana. Mereka berdua, beserta keluarga mereka masing-masing, akan
sama-sama ke Amerika Den! Sedangkan aku? Paspor aja aku belum punya!” ujar
Xervan dengan nada lesu.
Deni menatap Xervan dan melihat ekspresi putus asa terpancar di wajahnya. Deni mengenal Xervan sebagai sosok yang selalu bersemangat, dan jarang mengeluh, tapi ketegaran hatinya seolah rontok gara-gara kedekatan Renata dengan Kharisma.
“ Sejujurnya aku pengin marah pada keadaan Den, kenapa
ada orang seperti Kharisma, yang dikaruniai wajah ganteng dan pinter, sekaligus
kaya? Kalo di film-film atau di cerita sinetron, kelemahan orang kaya yang ganteng
tuh biasanya keangkuhannya. Tapi Kharisma bukan orang angkuh, malahan banyak
orang yang bersimpati sama dia. Seolah aku sedang bersaing dengan orang
sempurna yang memiliki segalanya Den! Gimana aku bisa menang, jika harus bersaing
dengan cowok kayak dia?” kata Xervan dengan frustasi.
Deni berdiam sejenak dan membiarkan Xervan melepaskan
seluruh keluh-kesahnya, namun Xervan sudah kehabisan kata-kata.
“ Kalau aku di posisimu, mungkin aku juga bakal frustasi
sama kayak kamu Van. Tapi kuberi tahu sesuatu ya, Aku nggak bohong nih! Aku
bukan sedang nyoba nyenengin kupingmu Van, tapi si Kharisma pernah ngomongin
tentang kamu…”
Xervan menoleh ke muka Deni dengan rasa penasaran.
“ Kharisma pernah bilang, kalau dia senang ngeliat
semangatmu Van! Kamu tuh lahir dari keluarga sederhana, tapi kamu punya banyak
teman yang peduli dan sayang sama kamu. Kharisma sering bertanya-tanya, kalau
aja dia bukan dari keluarga tajir, apa dia masih bisa punya teman-teman seperti
yang sekarang ini?” kata Deni.
“ Serius Den? Kenapa dia sampai bisa ngomong gitu yah?”
“ Kharisma banyak ketemu teman yang nggak tulus. Mereka
tahu kalau Kharisma adalah anaknya Robert Wijaya, si tajir yang punya ratusan perusahaan.
Yakin deh Van, dia pernah curhat ke aku, jadi anak orang kaya tuh tantangannya
juga nggak gampang lho!”
“ Tapi itu nggak mengubah fakta Den! Renata dan Kharisma
akan berada di Amerika pas liburan akhir tahun nanti. Ninggalin aku di kota Jagakarya tercinta ini Den. Dan nggak
ada satupun yang bisa kulakukan untuk bisa mencegahnya. Aku tetap benar-benar
cemburu Den! Mau si Kharisma udah punya pacar atau belum, kan bukan jaminan
bahwa dia nggak akan memikat si Renata!”
“ Wajar Van kalau kamu cemburu kayak gitu! Tapi kamu
benar! Memang nggak ada lagi yang bisa kamu lakukan. Saranku Van; bersyukur aja
dengan apa yang kamu punya? Sadarilah akan kelebihanmu, bahkan orang kayak Kharisma
aja bisa mengakui kelebihanmu kok. Lagipula
kalau nggak ada Renata, kamu kan masih bisa jalan sama Chensy! Ngomong-ngomong gimana sih hubunganmu sama Chensy?”
“ Aku sama Chensy tuh temenan aja Den!”
“ Tuh, minimal kamu masih punya temen cewek yang cantik.
Kamu mesti bersyukur tuh Van! Kenapa nggak jadian aja sekalian sama Chensy?
Kalian udah lama saling kenal dekat kan?”
“ Hehehehe…Saranmu untuk bersyukur bisa kuterima Den!
Tapi saranmu agar aku jadian sama Chensy nggak bisa kuterima. Aku dan Chensy
cuma berteman! Saat ini di hatiku cuma ada Renata seorang?” ujar Xervan sambil
tersenyum malu-malu.
“ Kan Chensy juga cantik Van?”
“ Hahaha… nggak bisa Den! Renata begitu kuat memikatku!
Makin aku berusaha ngelupain Renata malah makin aku suka sama dia!”
“ Yahhh itulah repotnya kalo berurusan sama cowok yang
lagi jatuh cinta! Tapi aku senang, tampangmu udah lebih ceria sekarang Van, nggak
sekusut tadi!”
“ Hahaha, jadi gimana? Aku udah boleh latihan partitur
jazz?”
“ Nggak Van! Kamu harus nurut! Belajar dari partitur
blues dulu!”
“ Tapi aku kurang suka blues…”
“ Udah jangan ngeyel! Ayo latihan lagi!”
TAMAT
*****
Reference :
https://tonybennett.comhttp://www.youtube.com/watch?v=iQPjlLc5tHk
Courtesy of youtube
No comments:
Post a Comment